MITOS PORKAS4SG - Secara linguistik, mitos berasal dari kata muthos PORKAS4SG (dalam bahasa Yunani kuno) yang berarti kepercayaan yang dianggap sebagai pedoman gaya hidup dalam tatanan sosial tertentu. Di Indonesia sendiri banyak sekali contoh cerita mitos yang beredar di masyarakat.
Dikutip dari buku Narasi Mitos dan Legenda Indonesia dalam Ekspresi Batik Tamarin karya Nuning Yanti Damayanti (2018:15), mitologi tentang mitos di Indonesia sudah ada sejak zaman prasejarah dan disebarkan secara lisan maupun lisan.
1. Mitos Leak Di Bali
Salah satu contoh mitos yang paling terkenal di Bali adalah Leak. Menurut masyarakat porkas4sg Bali, legenda Leak muncul pada abad ke 11 Masehi, yaitu pada masa kepemimpinan Raja Erlangga.
Dahulu kala, masyarakat berspekulasi bahwa ada seorang janda bernama Caloranang yang mengidap ilmu hitam, karena sering menyanyikan lagu-lagu pujian dengan bahasa asing. Wanita tersebut juga sering mengurung diri saat matahari terbit dan terbenam.
Rumor dan reputasi buruk Caloranang sempat membuat warga sepakat menghukum perempuan tersebut. Namun karena takut para prajurit istana setuju untuk membunuhnya saat Caloranang tertidur di malam hari.
Kabar buruknya, wanita tersebut terbangun saat para prajurit hendak melaksanakan rencananya. Caloranang naik pitam, matanya serasa melotot, gigi taringnya memanjang menakutkan. Wanita itu mengeluarkan api dari mulutnya, sehingga tentara tersebut tewas.
Itulah asal muasal cerita Leak yang terkenal dan menakutkan dari Bali. Hingga saat ini masyarakat Bali mempercayai Leak masih berkeliaran mencari kurban berupa jenazah, organ tubuh manusia yang masih hidup, dan darah bayi dari ibu hamil.
2. Mitos Jaka Tarub Dan Nawang Wulan
Kisah mitos terkenal di Indonesia selanjutnya adalah kisah Jaka Tarub dan Nawang Wulan. Kisah ini bermula dari seorang pemuda bernama Jaka Tarub yang tinggal di desa Dadapan. Pemuda itu sering pergi ke hutan untuk berburu.
Suatu hari ketika sedang berburu di hutan porkas4sg, Jaka Tarub melihat pelangi yang indah dan tujuh bidadari cantik turun melaluinya. Jaka Tarub menghampirinya. Dari semak-semak ia melihat tujuh bidadari sedang mandi di sebuah telaga.
Mendengar percakapan para bidadari ketika salah satu bidadari merasa cemas karena selendangnya hilang dan takut tidak bisa kembali ke surga. Namun ternyata selendang tersebut akhirnya ditemukan. Ketujuh bidadari itu terbang kembali ke angkasa.
Melihat hal tersebut membuat Jaka Tarub mendapat ide. Dia berencana untuk mencuri salah satu syal dari para malaikat ketika dia melihat mereka turun lagi. Ternyata keesokan harinya bidadari itu turun lagi. Jaka Tarub pun mencuri selendang dan menyembunyikannya di rumah.
Sesuai rencana, ada bidadari cantik bernama Nawang Wulan menangis di tepi sungai karena tidak bisa pulang ke Kayangan. Jaka Tarub pura-pura tidak tahu dan membantunya. Singkat cerita, ia menjadikan Nawang Wulan sebagai istrinya.
Tak hanya itu, mereka bahkan dikaruniai seorang putri bernama Nawang Sih. Namun kebahagiaan Jaka Tarub tidak bertahan lama. Suatu hari Nawang Wulan menemukan selendang yang Jaka Tarub sembunyikan di tumpukan nasi.
Nawang Wulan merasa dibohongi dan marah. Wanita itu memutuskan untuk kembali pada kekayaannya. Itulah akhir dari kisah mitos tersebut. Hingga saat ini cerita tentang keberadaan bidadari di ujung pelangi masih populer di kalangan masyarakat.
3. Mitos Roro Jonggrang
Kisah ini berasal dari Jawa Tengah yang menceritakan kisah cinta seorang pangeran bernama Bandung Bondowoso kepada seorang putri bernama Roro Jonggrang. Namun Roro Jonggrang tidak bisa mencintai Bandung Bondowoso.
Hal ini dikarenakan Roro Jonggrang mengetahui bahwa ayahnya telah dibunuh oleh pangeran. Oleh karena itu, Roro Jonggrang mencari cara untuk menolaknya. Ia pun memberikan syarat berupa keinginan untuk membangun 1000 candi dan dua sumur dalam semalam.
Meski terdengar mustahil, Bandung Bondowoso tetap menyetujui syarat Roro Jonggrang. Sang pangeran pun meminta bantuan para roh untuk membangun kuil tersebut. Hal ini membuat Roro Jonggrang cemas dan khawatir jika Bandung Bondowoso berhasil.
Roro Jonggrang pergi membangunkan gadis-gadis itu dan memerintahkan mereka menyalakan obor dan membakar jerami agar tampak seperti pagi hari. Semburat merah memancar ke langit, menyebabkan ayam-ayam berkokok.
Akhirnya roh-roh tersebut meninggalkan pekerjaannya padahal kuil tersebut belum selesai. Bandung Bondowoso marah kepada Roro Jonggrang dan mengutuknya menjadi patung untuk melengkapi candi yang belum selesai dibangun.
Hingga saat ini mitos tersebut masih beredar di masyarakat sebagai asal muasal candi Prambanan. Padahal, jumlah candi Prambanan belum mencapai 1.000 buah.
Komentar
Posting Komentar